" Mahasiswa, Dosen & Guru Besar di Perguruan Tinggi"



" Mahasiswa, Dosen & Guru Besar di Perguruan Tinggi"

Mahasiswa yang terbaik itu adalah mahasiswa yang cepat selesai dan tidak terkatung-katung lalu ilmunya dimanfaatkan untuk kepentingan umat, bangsa dan negara...Tidak disibukkan dengan persoalan administrasi-birokrasi yang kaku.

Kualitas Proposal akan diuji di ruang Publik sejauhmana kebermanfaatnya. Mahasiswa dalam menulis skripsi tidak mesti mengunakan bahasa-bahasa ilmiah yang berat-berat terpenting subtansinya bisa dipahami oleh semua orang.  

Ilmu itu mudah dan tidak mesti dipersulit dengan bahasa-bahasa ilmiah yang belum tentu  bisa dipahami oleh orang. Seorang dosen tidak boleh meruntuhkan skripsi yang sudah dikerjakan oleh mahasiswa, melainkan meluruskan, mengarahkan dan membimbingnya penuh dengan kasih sayang dan cinta.

Skripsi merupakan langkah awal seorang mahasiswa untuk terus membangun paradigma yang konseptual dan paradigma.

Kecerdasan mahasiswa diukur bukan oleh skripsi melainkan oleh cara berfikir dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh Masyarakat.

Moralitas keilmuaan mahasiswa dan dosen ditentukkan dengan integritas, kredibilitas serta kapasitasnya. Mahasiswa dan dosen harus menjaga Marwah perguruan tinggi.

Dosen pun sama harus menjaga etika keilmuaan. Etika keilmuaan jauh lebih penting daripada persoalaan politik dan administrasi-birokrasi yang berbelit-belit yang terjadi dalam sebuah perguruan tinggi.

Keberhasilan mahasiswa akan ditentukkan oleh dosen pembimbingnya yang selalu memberikan bimbingannya secara intensif karena itu merupakan tanggungjawabnya secara moral.

Perguruaan tinggi harus memberikan ruang gerak secara lebih luas kepada mahasiswa dan dosen dalam mengekspresikan kemampuan dan keahliannya.

Perguruan tingi akan lebih kuat dan maju ketika mahasiwa dan dosennya mampu mempertahankan moralitas keilmuannya di ruang Publik. Perguruan Tinggi adalah tempat memproduksi para pemikir yang berakhlak mulia serta menjaga jarak dengan Pusaran Kekuasaan supaya tetap mempertahankan idealismenya.

Perguruan tinggi tempat memberikan ide, gagasan, inovasi-inovasi baru untuk memberikan manfaat kepada bangsa, negara dan umat serta ikut berkontribusi dalam menyelesaikan problematika bangsa. Perguruan tinggi bukan medan pertarungan Politik untuk berburu kekuasaan.

Dosen yang berhenti menulis maka secara otomatis harus berhenti melakukan tridarma perguruan tinggi. Workhsop, seminar, Pelatihan jurnal hanya jalan untuk memberikan spirit kepada dosen dan mahasiswa untuk rajin menulis dan membaca.

Administrasi-birokrasi yang mempersulit harus segera dihentikan supaya dosen dan mahasiswa semangat dalam berkarya untuk kepentingan Peradaban bangsa.

Negara harus hadir membenahi sistem administrasi-birokrasi yang menghambat para mahasiswa dan dosen dalam menjalankan tridarma perguruan tinggi. Membuat Karya ilmiah bisa dengan mudah dilakukan ketika administrasi-birokrasi dibenahi.

Saya memiliki beberapa sahabat senior yang secara akademik sudah memenuhi syarat untuk mendapatkan Gelar Guru besar, tetapi karena proses administrasi-birokrasinya ribet maka diurungkan untuk melanjutkannya.

Gelar Guru Besar idealnya diserahkan ke senat universitas dimana dosen yang bersangkutan melakukan tridarma perguruan tinggi untuk diuji kelayakan serta integritasnya, karena pihak senat universitas yang mengetahui kapasitas dan integritas dosen yang bersangkutan.

Kalau pihak senat menyetujuinya, maka pihak senat universitas mengirimkan surat supaya kementerian terkait memberikan persetujuan secara legal formal kepada dosen yang bersangkutan untuk dikukuhkan menjadi Guru besar.

Kalau ini bisa diterapkan saya memiliki keyakinan akan semakin banyak Dosen yang bergairah untuk menulis dan memproses gelar Guru besarnya.

Salam. Muhammad Awod Faraz Bajri ( Purwakarta, 27 Agustus 2019) Semoga Bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "" Mahasiswa, Dosen & Guru Besar di Perguruan Tinggi""

Post a Comment